Megatrust.co.id, CILEGON – Tak ada bahan untuk dimasak, para pemilik cafe di Cilegon terpaksa beramai-ramai memasak batu menggunakan tungku, peristiwa itu terjadi di Perumnas, Kecamatan Cibeber, Kota Cilegon.
Hal itu merupakan buntut dari perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM di beberapa daerah di Indonesia termasuk Kota Cilegon. Sehingga para pemilik cafe di Cilegon terpaksa beramai-ramai memasak batu menggunakan tungku.
Para pemilik cafe di Cilegon terpaksa beramai-ramai memasak batu menggunakan tungku, sebagai salah satu bentuk aksi kekecewaan terhadap pemerintah pusat yang memperpanjang PPKM Level 4 hingga 9 Agustus mendatang.
Foto : Para pemilik cafe beramai-ramai memasak batu menggunakan tunggu terbuat dari bata
Batu yang dimasak oleh para pemilik cafe di Cilegon, menganalogikan masyarakat kecil di Kota Cilegon sudah tidak sanggup lagi mencari bahan pokok untuk dimasak demi mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, sebanyak kurang lebih 12 bilah batu dimasukan ke dalam wajan dengan campuran air. Para pemilik cafe itu memasak menggunakan tungku seadanya yang terbuat dari batu bata.
Foto : Para pemilik cafe beramai-ramai memasak batu menggunakan tunggu terbuat dari bata
Rekan lainnya sesama pemilik cafe menunggu disamping, seolah sedang menunggu hidangan yang nantinya akan disiapkan oleh juru masak untuk dimakan.
Hal itu diungkapkan salah seorang pemilik cafe Irfan Hidayat, dirinya bersama rekannya terpaksa melakukan aksi memasak batu, sebagai bentuk kekecewaan kepada pemerintah yang telah memperpanjang PPKM Level 4 hingga 9 Agustus mendatang.
Dikatakan Irfan, saat PPKM Level 4 diperpanjang rakyat tentunya akan kekurangan bahan pangan, sehingga tidak ada lagi bahan pangan untuk dimasak.
“Karena salah satu bentuk kita tidak bisa masak apa-apa lagi di rumah karena kebijakan pemerintah,” kata Irfan di Cilegon disela-sela memasak batu.
Irfan mengeluhkan, perpanjangan PPKM Level 4 oleh pemerintah pusat tentunya tidak berpihak kepada para pedagang atau pemilik cafe di Kota baja itu.
“PPKM tidak beprihak kepada kami, pedagang, karena sudah tidak ada jalan keluar. Mungkin cuma ini yg bisa kita gunakan,” ujar Irfan.
Selain memasak batu, para pemilik cafe dan para pedagang itu pun membentangkan kain berwarna putih. Hal itu merupakan tanda menyerah para pedagang saat masa PPKM diberlakukan.
“Kain putih-baju hitam kami perwakilan pedagang merasakan tidak bisa lagi berjualan. Bendera putih itu tanda simbolik menyerah, bahwa tidak ada lagi pedagang yg bisa berjualan,” katanya.
Kata Irfan, keluhannya juga sudah disampaikan langsung kepada Wali Kota Cilegon Helldy Agustian untuk bisa menyampaikan aspirasi para pedagang dan pemilik cafe di Kota Cilegon.
“Kami sudah sampaikan ke walkot, pada saat memberikan kontribusi tidak sampai ke lapangan,” ungkap Irfan.
Dirinya bersama rekannya juga meminta kepada pemerintah untuk bisa peka terhadap ekonomi rakyat kecil. Sehingga kebutuhan rakyat kecil bisa terpenuhi
“Tolong lah, pemerintah peka terhadap pedagang di lapangan, apapun redaksinya nanti tidak ada solusi buat kita. Kita coba berdikari, tapi di batasi, coba cari solusi, bukan menutup. Banyak temen-teman pengusaha yang tutup, guling tikar,” pungkasnya. (Amul/red)