MEGATRUST.CO.ID, – Ternyata ini perjalanan singkat Gunung Anak Krakatau atau GAK berstatus level II atau waspada saat Tsunami Selat Sunda.
Informasi yang dihimpun Megatrust.co.id, pada awal 2018 GAK tidak diwaspadai, karena sedang baik-baik saja. Namun pada Desember 2018 GAK bereaksi dan mengalami erupsi dahsyat sehingga terjadi gempa vulkanik di wilayah Banten.
Baca Juga:Â Sebelum Gempa, GAK Mengalami Erupsi Sebanyak 8 Kali dalam Sehari
Erupsi dahsyat pada GAK sampai melongsorkan lempengan dasar GAK, sehingga terjadi Tsunami yang dahsyat di wilayah Banten bagian barat.
Sumur dan sekitarnya nyaris diporak-porandakan oleh erupsi dahsyat GAK kala itu, tidak sedikit menelan korban jiwa, dan bangunan pun hancur.
Sejak itu lah, GAK langsung ditingkatkan statusnya menjadi level III atau siaga. Secara fisik pun GAK menjadi danau kawah.
Baca Juga:Â PGA : Tidak Ada Kaitannya Antara Erupsi GAK dan Gempa di Bayah
Seiring berjalannya waktu, hasil pantauan dan pengkajian para ahli pada Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi atau PVMBG, status GAK akhirnya kembali diturunkan menjadi Level II atau waspada.
Hal itu diungkapkan oleh Ketua Pengamatan Gunung Api atau PGA Pasauran, Kabupaten Serang, Deny Mardiono, pada akhir 2018 status GAK masuk ke level III atau siaga.
Kata dia, penetapan status tersebut karena GAK mengalami erupsi yang cukup dahsyat sehingga menyebabkan gempa vulkanik dan menyebabkan tsunami di beberapa wilayah di Banten.
Baca Juga:Â Hanya Hitungan Menit, Dua Peristiwa Alam Terjadi di Laut Selat Sunda
“Desember 2018 itu meningkat dari waspada ke Siaga,” katanya saat ditemui di pos pengamatan GAK.
Setelah status siaga di tetapkan pada GAK, dari hasil pantauan dan pengkajian tim PVMBG pusat, tepatnya pada tanggal 25 Maret 2019 status GAK kembali diturunkan menjadi waspada. Karena, pada saat itu, fisik GAK sudah menjadi danau kawah.
Baca Juga:Â BMKG Beri Peringatan Dini Waspada Gelombang Tinggi dan erupsi Gunung Anak Krakatau
“Kemudian kegempaannya sudah menurun dan ada evaluasi berkelanjutan, akhirnya pada tanggal 25 Maret 2019 itu
diturunkan statusnya menjadi waspada,” katanya.
Kata dia, sejak penetapan itulah hingga saat ini, GAK tidak mengalami kenaikan atau penurunan status masih bertahan di level II atau waspada.
“Sampai dengan saat ini tidak ada peningkatan dan penurunan status anak Krakatau,” tuturnya.
Baca Juga:Â Pantauan Aktifitas Erupsi Gunung Anak Krakatau
Deny menyampaikan, setelah GAK mengalami erupsi hebat, dan menjadi hancur kemudian secara fisik GAK menjadi danau kawah. Seiring waktu berjalan, dari mulai 2019 sampai dengan 2022 GAK kembali menunjukan gundukan lagi dan membentuk gunung.
“Iya masih aktif, karena paska 2018 itu hancur dan bongkar semua terbentuk danau kawah, yang tadinya ada gundukan kemudian kawah, kemudian 2019 menjelang 2020 mulai terisi kembali gundukannya,” katanya.
Baca Juga:Â Gempa Kembali Terjadi Guncang Banten Berkekuatan Magnitudo 5,5 Tidak berpotensi tsunami.
“Jadi danau kawahnya itu tumbuh kembali kubah lava, sampai dengan saat ini, oleh ahli kami dari Vulkanologi asap yang nantinya akan keluar dihitung dengan ketinggiannya kurang lebih sekitar 1000 meter,” terangnya.
Karena sudah ada gundukan lagi dan kubah lava. Pada Rabu 2 Februari 2022 GAK kembali menunjukan tajinya, yakni kembali mengalami erupsi dan mengeluarkan asap putih dengan ketinggian 200 meter dari puncak gunung.
Semakin hari, asap semakin pekat. pada Kamis 3 Februari 2022 GAK kembali mengeluarkan asap putih pekat kelabu, dengan ketinggian 1000 meter dari puncak gunung. Pada malam harinya, GAK mengeluarkan warna merah yang bersumber dari nyala api
Baca Juga:Â Gunung Anak Krakatau Kembali keluarkan Asap Tebal, Ketinggian Sampai 1000 Meter.
Jumat 4 Februari 2022, GAK dari pagi terus meningkatkan aktifitasnya sampai mengeluarkan asap putih kelabu pekat disertai dengan abu vulkanik.
Sekira pukul 17.07 GAK kembali mengalami erupsi dan mengeluarkan asap putih kelabu pekat disertai dengan semburan abu vulkanik, yang terpantau dari pos Pengamatan PGA Pasauran, Kabupaten Serang, Banten. (Amul/Red)