MEGATRUST.CO.ID – Eksistensi keberadaan Kesenian Tradisional menjadi pondasi kebudayaan suatu daerah masih terjaga dan dilestarikan.
Adanya ragam budaya di daerah bisa meningkatkan jumlah kunjungan wisata sekaligus menjadi icon dan daya tarik seseorang untuk berkunjung.
Di Pandeglang misalnya, terdapat kesenian Rampak Bedug yang masih eksis hingga saat ini, rampak bedug menjadi kesenian yang rutin diselenggarakan dalam acara formal maupun non formal.
Baca Juga : Direktur PDAM Kota Cilegon Blak Blakan, Hingga Tidak Terima Dicopot Dari Jabatannya
Tak jarang, bahkan di sekolah-sekolah-pun kesenian ini menjadi kegiatan ekstrakulikuler yang patut untuk diikuti, lantas apa yang membuat kesenian rampak bedug ini menjadi seni pertunjukan?
Sebelum lebih jauh, kamu perlu tahu dulu apa itu rampak bedug, dilansir dari laman Kebudayaan.kemendikbud.go.id, Rampak bedug merupakan seni penabuhan bedug berderet yang ditabuh secara serempak sehingga menghasilkan irama yang khas.
Dulunya, rampak bedug digunakan untuk menyanbut bulan suci ramadhan dan hari raya Idul Fitri di Pandeglang, hitanan, hajatan dan sebagainya, seiring berjalannya waktu, kesenian ini akhirnya sering dipertunjukan dalam kegiatan kedaerahan, porvinsi maupun tingkat nasional.
Baca Juga : Tidak Tinggal Diam, Direktur PDAM Kota Cilegon Tidak Terima Dicopot, Akan Tempuh Jalur Hukum
Umumnya para pemain rampak bedug keseluruhan adalah laki-laki berjumlah 10 orang, kini rampak bedug tidak hanya dimainkan oleh laki-laki melainkan ada keterwakilan perempuan di dalamnya.
Adapun fungsi dari rampak bedug itu sendiri memiliki beberapa poin, diantaranya:
1. Nilai religi
2. Nilai rekreasi/hiburan
3. Nilai ekonomis
Rampak bedug sudah ada sejak tahun 1960 di Kecamatan Pandeglang, dulu kesenian ini dijadikan kompetisi antar kampung sebagai bentuk hiburan rakyat.
Baca Juga : Direktur PDAM Kota Cilegon Dicopot Jabatannya, Ini Alasannya
Selanjutnya antara tahun 1960-1970 Haji Ilen menciptakan tarian kreatif dalam seni rampak bedug, hasilnya dapat dilihat hingga saat ini dalam pertunjukan rampak bedug.
Rampak bedug kemudian dikembangkan oleh empat orang inti yaitu Haji Ilen, Burhata, Juju, dan Rahmat, dengan demikian Haji Ilen beserta ketiga sahabatnya itulah yang dapat dikatakan sebagai tokoh seni Rampak bedug.
Dari mereka berempat itulah seni rampak bedug menyebar hingga akhir tahun 2002 ini sudah banyak kelompok-kelompok pemain rampak bedug. (Emilda/Amul)
Baca Juga : Pemerintah Kota Cilegon Genjot Penyederhanaan Birokrasi, Ternyata Ini Alasannya