MEGATRUST.CO.ID – Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945. Rakyat Indonesia yang diwakili oleh Ir. Soekarno menyatakan kemerdekaan dari kolonialisme.
Saat mengumumkan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945, seluruh rakyat Indonesia sangat senang karena mereka sudah terlalu lama dijajah oleh beberapa negara seperti Belanda dan Jepang.
Rakyat Indonesia kala itu memiliki semangat kemerdekaan yang tinggi dilandasi dengan rasa keberanian untuk mengambil keputusan dan membela kebenaran.
Namun, dibalik menyatakan kemerdekaan Indonesia, ternyata ada beberapa peristiwa penting jelang kemerdekaan Indonesia. Apa saja? Simak informasinya.
Peristiwa penting itu menjadi catatan sejarah dan mengingatkan perjuangan para pahlawan nasional juga rakyat di seluruh Indonesia.
Berikut daftar peristiwa penting jelang kemerdekaan RI.
1. Pembentukan BPUPKI
Sebelum kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, dibentuk Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada 29 April 1945.
Tujuannya adalah untuk menyusun hal-hal yang berkaitan dengan upaya persiapan kemerdekaan. BPUPKI bertugas membuat rancangan dasar negara dan Undang-Undang Dasar.
Ketua BPUPKI adalah KRT Radjiman Wedyodiningrat. Anggota badan ini berjumlah 60 orang yang terdiri dari perwakilan dari seluruh wilayah Indonesia.
BPUPKI telah melakukan dua kali sidang yakni pada 29 Mei-1 Juni 1945. Dari diskusi yang dilakukan BPUPKI, para tokoh berhasil merumuskan dasar-dasar negara.
Setelah itu, BPUPKI dibubarkan pada 7 Agustus 1945 karena dianggap sudah menyelesaikan tugasnya. Pematangan persiapan kemerdekaan Indonesia kemudian dilanjutkan oleh PPKI.
2. Pembentukan PPKI
Setelah BPUPKI dibubarkan, Jepang kembali membentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) atau Dokuritsu Junbi Inkai pada 7 Agustus 1945.
Ketua PPKI adalah Sukarno dengan Mohammad Hatta sebagai wakilnya. Anggota awal PPKI berjumlah 21 orang dan bertambah menjadi 27 orang setelah dibubarkan.
Badan ini bertugas melanjutkan rencana-rencana yang sudah dibuat oleh BPUPKI. Selebihnya, PPKI menyiapkan hal-hal praktis misalnya penetapan dasar negara dan sebagainya.
3. Kekalahan Jepang dalam Perang Asia Timur Raya
Negara Jepang memiliki satu tujuan besar ingin menguasai wilayah Asia Pasifik. Sebelum menjajah Indonesia, Jepang pernah mengebom Pangkalan Laut Amerika Serikat.
Pada 8 Desember 1941, Jepang menghancurkan pangkalan yang terletak di Pearl Harbor tersebut dengan mengirim empat kapal induk. Kapal ini menghabisi sisa armada Pasifik Amerika Serikat.
Namun, kode komunikasi Angkatan Laut Jepang (Kaigun) sempat bocor. Sekutu akhirnya dapat memprediksi serangan Jepang.
Armada Jepang pun dihancurkan juga oleh Amerika. Kekalahan Jepang saat itu tidak diketahui oleh publik, hingga akhirnya harus diumumkan karena militer Jepang diserang secara bertubi-tubi.
4. Peristiwa Bom Atom
Kekalahan Jepang dideklarasikan lewat Deklarasi Postdam. Pada 26 Juli 1945, tiga pemimpin Jepang yakni Presiden Harry S Truman (Amerika Serikat), Perdana Menteri Winston Churchill (Inggris Raya), dan Chiang Kai Sek (China) melakukan konferensi terkait deklarasi tersebut.
Deklarasi Postdam berisi tentang tugas Jepang dalam memberi kebebasan dan segera menegakkan demokrasi. Sekutu memberi pilihan kepada Pemerintah Jepang untuk mengakhiri perang dengan menyerah atau diserang hingga hancur.
Namun, Jepang malah menolak tawaran sekutu dalam deklarasi tersebut. Peristiwa pengeboman Kota Hiroshima dan Nagasaki pun terjadi. Hiroshima dibom pada 6 Agustus 1945 kemudian Nagasaki pada 9 Agustus 1945.
5. Perbedaan Pendapat Golongan Muda dan Tua
Kabar jatuhnya bom atom di Jepang telah sampai ke telinga aktivis di Indonesia. Golongan muda yakni Sutan Syahrir saat itu mendengar kabar dari siaran radio British Broadcasting Corporation (BBC).
Syahrir menekan para golongan tua yakni Soekarno, Moh Hatta, dan Radjiman Wedyodiningrat agar memanfaatkan kondisi ini untuk memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Namun, golongan tua menolaknya.
Menurut Hatta, proklamasi akan diserahkan kepada PPKI. Selain itu, pemerintah Jepang belum memberikan keterangan secara resmi.
Menurut Syahrir, jika kemerdekaan diserahkan kepada PPKI maka bisa dianggap hanya buatan Jepang. Ia berpendapat, akan lebih baik jika kemerdekaan dinyatakan langsung oleh Soekarno.
6. Peristiwa Rengasdengklok
Buntut dari ditolaknya desakan golongan muda oleh golongan tua, Chairul Saleh dan lainnya mencoba menculik Soekarno-Hatta.
Mereka berdua adalah tokoh penting yang bisa dipengaruhi Jepang agar tidak segera menyatakan kemerdekaan.
Pada tanggal 15 Agustus 1945, mereka dibawa ke Rengasdengklok. Para golongan muda menuntut agar Sukarno-Hatta menuruti kemauan mereka.
Sebagai sosok golongan tua lainnya, Ahmad Soebardjo mencoba menengahi. Ia membujuk para pemuda untuk melepaskan dwitunggal (julukan lain Sukarno-Hatta).
Soebardjo kemudian menjanjikan bahwa golongan tua akan memproklamirkan kemerdekaan dengan segera. Malam hari di 16 Agustus 1945, rombongan dari Rengasdengklok tiba di Jakarta.
7. Penyusunan Teks Proklamasi
Sesampainya di Jakarta, rombongan diantar oleh Laksamana Maeda ke rumah Kepala pemerintahan Jepang di Indonesia, Mayor Jenderal Moichiro Yamamoto.
Dari sana, mereka mendapati bahwa Jepang tidak mengizinkan Indonesia melakukan proklamasi kemerdekaan. Rombongan pun merasa kecewa hingga kembali ke kediaman Laksamana Maeda.
Akhirnya mereka menyiapkan sendiri teks proklamasi. Sukarno merundingkan soal kemerdekaan Indonesia bersama Hatta, Soebardjo, Soekarni, BM Diah, Sudiro, dan Sayuti Melik.
Pukul 03.00 WIB pada 17 Agustus 1945, para tokoh menyusun naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Penyusun inti naskah tersebut adalah Sukarno, Hatta, dan Soebardjo.
Setelah selesai, Sukarno memerintahkan Sayuti Melik untuk mengetiknya didampingi BM Diah. Setelah dicetak, Soekarno meminta persetujuan semua yang hadir lalu menandatanganinya atas nama bangsa Indonesia.
(Nad/Amul)