MEGATRUST.CO.ID – Baru-baru ini, masyarakat dikejutkan dengan kasus praktik penjualan Bahan Bakar Minyak (BBM) oplosan di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU).
Salah satu yang sedang menjadi sorotan adalah pencampuran Pertalite yang dijual sebagai Pertamax.
Tentu saja, hal ini merugikan masyarakat, terutama mereka yang rela membeli BBM non subsidi demi menjaga mesin kendaraan.
Lantas, bagaimana cara membedakan BBM yang asli dan oplosan agar masyarakat tidak lagi dirugikan.
1. Perhatikan Warna BBM
Salah satu cara termudah untuk membedakan BBM asli dan oplosan adalah dengan melihat warnanya.
Pertamax, memiliki warna biru tua yang jernih, mirip dengan warna air laut dalam. Sementara itu, Pertalite memiliki warna biru yang cenderung lebih muda, mendekati tosca.
Sebelum membeli, mintalah petugas SPBU untuk menunjukkan sampel BBM dan gunakan cahaya yang terang untuk melihat perbedaan warna dengan jelas.
2. Tes dengan Koran Bekas
Teteskan sedikit BBM ke atas koran bekas. Amati reaksinya. Jika tinta koran luntur atau menyebar, kemungkinan besar BBM tersebut mengandung campuran, seperti minyak tanah.
Metode ini hanya efektif jika BBM dicampur dengan minyak tanah. Campuran bahan lain mungkin tidak menunjukkan reaksi yang sama.
3. Gunakan Jari Tangan
Cara ketiga ini memanfaatkan sifat alami BBM yang mudah menguap.
Caranya dengan celupkan jari ke dalam sampel BBM dan diamkan selama beberapa detik.
Jika BBM tersebut asli, ia akan menguap dengan cepat tanpa meninggalkan residu. Namun, jika ada zat sisa yang lengket atau berminyak, bisa jadi itu adalah BBM oplosan.
Dengan mengetahui cara membedakan BBM asli dan oplosan, masyarakat bisa melindungi mesin kendaraan dan tidak lagi jadi korban penipuan yang merugikan ini.
Sebagai informasi, Kejagung baru saja mengungkap salah satu modus korupsi dengan kerugian negara mencapai Rp193,7 triliun yang dilakukan adalah dugaan pencampuran Pertalite yang dijual sebagai Pertamax.
Kejaksaan Agung menyebutkan, dalam pengadaan produk kilang oleh PT Pertamina Patra Niaga, tersangka Riva Siahaan sebagai Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga diduga melakukan pembelian untuk RON 92, padahal yang sebenarnya dibeli adalah RON 90 atau lebih rendah.
(Nad/Amul)
