Megatrust.co.id, SERANG – Diberi kemampuan untuk bisa kuliah tentu merupakan mimpi kebanyakan orang. Bisa masuk perguruan tinggi bagi sebagian orang merupakan hal yang bisa dikatakan mewah.
Pasalnya, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) penduduk Indonesia yang lulus Perguruan Tinggi hanya berkisar 10,2 persen saja.
Karenanya, hal ini juga patut disyukuri bagi setiap orang yang mampu meneruskan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi baik itu negeri atau swasta, apalagi bisa berkesempatan kuliah di luar negeri.
Seperti yang dialami oleh Nurul Fadilah, Perempuan asal Serang, Banten yang berkesempatan kuliah di University Of Stirling, Skotlandia.
Ia menempuh pendidikan master degree dengan mengambil jurusan International Energy and Enviromental Law pada tahun 2020-2021. Ia mendapatkan beasiswa dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
Nurul mengaku mendapatkan pengalaman yang luar biasa bagus dibidang pendidikan, yang menurutnya lebih maju dibanding dengan Indonesia.
“Kemarin saya ambil untuk S2 ya di University of Stirling jurusannya international energy and enviromental law. So far pengalamanku di sana untuk kuliah lumayan bagus. Sistem pendidikan lebih bagus menurutku di banding waktu kuliah di indo,” ungkap Nurul kepada Megatrust.co.id pada Jum’at 21 Maret 2025.
“Kenapa, karena mungkin (inggris) itu develop country (negara maju) ya. Jadi untuk aksesnya lebih mudah juga,” sambungnya.
Selain sistem pendidikan yang menurutnya lebih maju, kehidupan di Inggris Raya juga sangat beraneka ragam masyarakat dan budaya. Sehingga, ia banyak menerima wawasan dan budaya berbeda dari orang-orang yang berasal dari berbagai belahan dunia.
“Kalau di UK itu udah divers banget, banyak banget pendatang juga jadi kalo bisa lebih exchange culture. Kita juga bisa tukar pikiran, bisa tau dan pola pikir orang-orang dari sana bagaimana,” kata Nurul.
Alumnus Fakultas Hukum Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) tahun 2018 ini juga mengungkapkan, masyarakat disana sangat memperhatikan terkait masalah kesehatan mental.
Hal ini dibuktikan dengan banyaknya pusat pengaduan psikologi di beberapa tempat bahkan di tempat umum sekalipun.
“Jadi memang di kampus itu mereka seperti menyediakan psikologi tertentu. Kalo kita mau curhat gitu bisa untuk booking disediakan kampusnya,” katanya.
“Bahkan di toilet-toilet gitu juga (ada hotline atau call center) kalo ngerasa sedih, misalnya mau konsul apapun banyak platform nya,” kata Nurul menambahkan.
Nurul menuturkan, masih banyak keuntungan dan kemudahan yang ia dapat selama berkesempatan berkuliah di Inggris khusunya di Skotlandia, seperti kemudahan akses transportasi hingga banyak diskon bagi pelajar dan anak-anak.
Di bidang pekerjaan pun, Nurul menilai masyarakat di sana tidak memandang status sosial berdasarkan pekerjaan. Menurutnya, kesempatan kerja disana lebih terbuka dan setiap orang memandang kesetaraan antar satu sama lain.
“Strata kerja orang-orang tidak memandang status dari pekerjaan. Respect ga base on pekerjaan lebih equal. Yang kerja hospitality atau profesional lebih equal aja ga liat dari status sosial,” ungkap Nurul.
Kendati begitu, ia tidak serta merta mengatakan kehidupan selama di Skotlandia lancar. Jauh dari orang tua dan sanak keluarga membuat ia belajar bagaimana mengatasi masalah sendiri. Namun, karena ia bergabung dengan komunitas pelajar lainnya maka ada tempat untuk bercerita dan bertukar pikiran.
“Intinya harus siap nanggung apapun sendiri, harus mandiri karena banyak hal yang unexpected. Tapi banyak teman kalo misalnya ikut komunitas pelajar di luar negeri,” kata Dia.
Ditanya terkait respon tagar #KaburAjaDulu yang sempat trending di Indonesia beberapa waktu lalu, Nurul memahami apa yang dirasakan masyarakat Indonesia khususnya generasi muda.
Menurutnya, situasi yang kian carut marut menimbulkan kekhawatiran akan kesempatan hidup dan kesempatan yang akan di dapatkan anak muda Indonesia.
“Banyak memunculkan trust isu. Kebijakan menimbulkan ketimpangan secara sosial misal, (kelangkaan) gas Elpiji, PHK dan efisiensi budget yang seharusnya bisa digunakan untuk kegiatan yang baik,” terangnya.
Namun, ia memastikan ajakan untuk #KaburAjaDulu bukanlah bentuk tidak nasionalisnya warga negara. Sebaliknya, hal itu merupakan bentuk kepedulian agar negara khusunya pemerintah bisa instrospeksi.
Lebih jauh, kesempatan yang diberikan di negara maju lebih bisa dirasakan anak muda yang pada akhirnya juga akan membawa nama Indonesia itu sendiri di mata dunia.
“Pengalaman diluar yang bisa di implementasikan di Indonesia ketika secara personal sudah berusaha improve benefitnya kan untuk Indonesia juga,” ujarnya.
Iapun memberi saran kepada generasi muda untuk berani mengambil langkah berkarir di luar negeri jika ada kesempatan. Menurutnya, ada banyak benefit dan juga bisa menjadi sarana untuk merasakan hidup yang efisien dan mandiri di negara maju.
“Aku berani katakan, (berdasarkan) pengalamanku, lebih baik generasi muda itu at least sekolah di luar negeri karena di luar itu banyak banget yang akan dipelajari dan dialami,” pungkasnya.
(Towil/Nad)
