MEGATRUST.CO.ID – Ibadah puasa di bulan Ramadhan adalah wajib hukumnya bagi setiap umat islam tanpa terkecuali. Oleh karenanya, Ibadah puasa tidak boleh disepelekan.
Termasuk dalam hal niat saat hendak melaksanakan puasa Ramadhan. Niat merupakan hal yang tidak boleh dikesampingkan.
Karena, keabsahan puasa terletak pada niatnya yang dimulai dari terbit fajar hingga tenggelamnya matahari.
Saking pentingnya niat, sampai ada hadist Rasulullah SAW terkait pentingnya niat dalam ibadah puasa.
Baca Juga : 18.000 Warga Kota Cilegon Masuk Kategori Miskin, Begini Penjelasan BPS Cilegon
مَنْ لَمْ يُبَيِّتِ الصِّيَامَ قَبْلَ الْفَجْرِ فَلَا صِيَامَ لَهُ
Artinya : “Barang siapa yang tidak berniat puasa di malam hari sebelum terbitnya fajar, maka tidak ada puasa baginya.” (HR Abu Dawud).
Lantas, bagaimana jika seseorang terlupa dari niat saat menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan?
Dilansir dari islam.nu.or.id, di kalangan ulama fiqih mazhab Syafi’i menawarkan solusi bagi setiap orang yang lupa berniat puasa Ramadhan di malam hari, agar puasanya tetap sah.
Baca Juga : Satu Juta Warga Banten Golput di Pemilu 2024, Berikut Hasil Data dari KPU Banten
Adapun caranya adalah dengan melakukan niat puasa di pagi hari hingga pertengahan siang hari. Namun, langkah ini harus disertai dengan seraya bertaqlid atau mengikuti Imam Abu Hanifah atau mazhab Hanafi.
Syekh Dr Muhammad bin Ali Ba’athiyah dalam kitabnya Ghayatul Muna menjelaskan:
وَلَوْ نَوَى مِنْ طُلُوْعِ الْفَجْرِ لَمْ يَصِحَّ لِلْحَدِيْثِ السَّابِقِ. وَقِيْلَ يَصِحُّ كَمَا فِي سَائِرِ الْعِبَادَاتِ حَيْثُ أَنَّ زَمَنَهَا أَوَّلُ الْعِبَادَةِ وَهُوَ أَيْضًا هُنَا، نَعَمْ لَهُ أَنْ يَنْوِيَ فِي أَوَّلِ الْيَوْمِ الَّذِيْ نَسِيَ تَبْيِيْتَ النِّيَّةِ لَيْلًا فِيْهِ وَيَصِحُّ صِيَامُهُ عِنْدَ الْاِمَامِ أَبِي حَنِيْفَةَ
Artinya: “Apabila seseorang berniat dari terbitnya fajar maka puasanya tidak sah karena hadis yang telah lewat. Menurut satu pendapat hukumnya tetap sah, sebagaimana pelaksanaan ibadah lainnya sekira waktunya merupakan permulaan ibadah. Dan ini juga demikian, ya diperbolehkan bagi seseorang tersebut untuk berniat di awal masuknya hari dimana ia lupa berniat di malam harinya. Dan puasanya tetap dihukumi sah menurut pendapat Imam Abu Hanifah jika ia bertaqlid kepadanya.” (Muhammad bin Ali bin Muhammad Ba’athiyah Ad-Dau’ani, Ghayah Al-Muna Syarh Safinah An-Naja, [Hadramaut: Maktabah Tarim Al-Haditsah], halaman 571).
Baca Juga : Tips Mengajarkan Puasa Bagi Anak Usia Dini Menurut Ketua Komnas Anak Kabupaten Serang
Terkait mazhab Hanafi ini, Syekh Abdurrahman Al-Jaziri (wafat 1360 H) dalam ensiklopedi fiqih empat mazhabnya menyatakan lebih detailnya sebagai berikut:
ثَانِيْهِمَا: النِّيَّةُ… فَلَوْ لَمْ يُبَيِّتْ النِّيَّةَ بَعْدَ غُرُوْبِ الشَّمْسِ حَتَّى أَصْبَحَ بِدُوْنِ نِيَّةٍ مُمْسِكًا، فَلَهُ أَنْ يَنْوِيَ إِلَى مَا قَبْلَ نِصْفِ النَّهَارِ
Artinya : “Kedua, berniat … Apabila seseorang tidak niat di malam harinya setelah terbenamnya matahari hingga masuknya waktu subuh ia berpuasa tanpa niat, maka ia boleh niat di saat itu juga hingga sebelum masuknya separuh siang.” (Abdurrahman bin Muhammad Al-Jaziri, Al-Fiqhu ala Madzahibil Arba’ah, [Beirut: Dar Al-Kutub Ilmiyah], juz I, halaman 496).
Niatan ber taqlid ini diperlukan mengingat sebagian besar umat islam di Indonesia mengikuti fiqih mazhab Imam Syafi’i.
Baca Juga : 5 Rekomendasi Tempat Bukber di Kota Cilegon, Cocok Buat Kumpul Rame-rame
Dilihat dari beberapa referensi tersebut, seseorang yang memang benar-benar lupa berniat puasa pada malam hari masih memiliki kesempatan dan waktu berniat dari pagi hingga separuh siang.
Namun, dalam hal ini ia harus ber taqlid kepada Imam Hanafi. Adapun jika ia tidak ber taqlid, maka kewajiban puasanya berlanjut dan ia juga memiliki kewajiban untuk mengqhada di lain hari.
Perlu ditekankan bahwa solusi ini hanya berlaku bagi mereka yang benar-benar lupa berniat, bukan bagi yang sengaja tidak berniat di malam hari. (Towil/Amul)
Sumber: islam.nu.or.id
