Nasional

Hati-Hati Menggunakan Media Sosial. Jika Tidak Bijak Ini Akibatnya.

Anggota DPR-RI saat menyampaikan pernyataan pada zooom metting. Tangkapan layar zoom metting.

Megatrust.co.id, JAKARTA, – Masyarakat Indonesia diminta untuk hati-hati dalam menggunakan media sosial (medsos). Pasalnya, medsos sangat buruk jika digunakan buruk, dan berkembang jika digunakan bijak. Jika tidak bijak dalam penggunaan medsos ini akibatnya.

Akibat tidak bijaknya menggunakan media sosial, bisa menimbulkan efek intoleransi sesama masyarakat Indonesia, merasa benar sendiri, termakan hoax, dan lainnya. Pasalnya, saat ini apa yang tidak ada di media sosial atau dunia maya, semuanya serba ada.

Indonesia merupakan salah satu negara yang paling toleran dengan berbagai macam suku, ras, dan budaya menyatu di sini. Pada zaman digital seperti saat ini, masyarakat Indonesia bisa berkomunikasi jarak jauh antar daerah satu dengan daerah lainnya sehingga semua bisa terkoneksi dengan baik.

Baca Juga: Selembaran Pemilihan Miss Waria Banten 2021-2022 Viral di Media Sosial. Ini Kata Polisi.

Namun, ada pihak-pihak yang menggunakan media sosial sebagai media untuk menyebarkan kebencian dan isu SARA sehingga kita tidak bisa bermedia sosial dengan baik, bahagia, dan indah.

Seperti yang diungkapkan, Anggota Komisi I DPR-RI Kresna Dewanata Phrosakh mengatakan, sebagai anak bangsa justru melalui keberagaman ini kita terpilih untuk menjaga hal tersebut. Saat ini banyak ancaman dari luar maupun dalam negeri untuk mendisintegrasikan negara Indonesia.

“Media sosial dapat berperan untuk menunjukkan bahwa kekayaan Indonesia sangat luar biasa, baik itu budaya, suku, bahasa. Dengan adanya keberagaman ini kita masih bisa bersatu,” ujarrnya dalam acara ‘Webinar Series: Ngobrol bareng Legislator’ Sosial Media Indah dan Penuh Toleransi (01/04/2022).

Baca Juga: Viral di Sosial Media “Terimakasih Orang Baik”

Pada kesempatan yang sama, Dirjen Aptika Kemkominfo RI Samuel A. Pangerapan menjelaskan, penggunaan internet akan menimbulkan beberapa resiko, seperti penipuan online, hoax, cyber bullying dan konten-konten negatif lainnya.

Oleh karena itu, penggunaan internet perlu dibantu dengan kapasitas literasi digital yang mumpuni agar masyarakat dapat memanfaatkan dengan produktif, bijak, dan tepat guna.

“Peningkatan literasi digital adalah pekerjaan terbesar oleh karena itu kami juga tidak bekerja sendiri, diperlukan kolaborasi yang baik agar tidak ada masyarakat yang tertinggal dalam proses percepatan transportasi digital,” katanya.

Baca Juga: Siaga Omicron, Media Memiliki Peran Penting Dalam Edukasi Masyarakat

Menanggapi, terkait media sosial yang indah dan penuh toleransi, Direktur Komunikasi Perdana Syndicates Pangeran Ahmad Nurdin memaparkan, landscape media sosial di Indonesia sangat masif.

Bersasarkan data dari We Are Social pada Februari 2022, Indonesia merupakan salah satu negara yang terbesar untuk internet adoption di wilayah Asia Tenggara. Sedangkan untuk kepemilikan mobile device 96,1% orang Indonesia memilikinya. Pengguna media sosial di Indonesia mencapai 191,4 juta orang atau sebanyak 68,9% populasi di Indonesia menggunakan media sosial.

Menurut Pangeran, media sosial adalah tempat untuk bebas berpendapat (freedom of expression), tapi kadang kebebasan berpendapat ini menimbulkan masalah. Media sosial merupakan akselerator tanpa batas, karena ketika digunakan dengan tepat dapat memajukan pengguna, tapi kalau penggunaannya berlebihan yang terjadi adalah sebaliknya.

Baca Juga: Siswa MI Darul Hikmah Antusias Ikuti Sosialisasi Kesehatan Bersama PMI Kota Tangerang

“Pengguna media sosial perlu mendiskreditkan pandangan-pandangan yang intoleran. Apabila menemui orang-orang yang intoleran di media sosial, lebih baik untuk unfollow atau unsubscribe,” katanya.

“Ikutilah orang-orang yang bertujuan untuk memberikan edukasi dan tidak menyebarkan hate speech. Proses support and balance diperlukan dalam menggunakan media sosial dan toleransi menjadi unsur penting di situ. Seperti slogan ‘put yourself on the other’s shoes’, mindset semacam itu penting agar kita dapat memahami alasan sesuatu dapat terjadi,” pungkasnya. (Amul/Red)

Exit mobile version