Megatrust.co.id, CILEGON – Optimis bangkit dari keterpurukan, Bank Pembiayaan Rakyat Syariah atau BPRS Cilegon targetkan untung di tahun ini.
Diketahui, BPRS Cilegon beberapa tahun ke belakang mengalami kerugian yang cukup besar.
Namun, Manajemen BPRS Cilegon optimistis bangkit bahkan memiliki taeget bisa menutup kerugian sebesar Rp25 miliar dalam kurun waktu 5 tahun ke depan.
Bahkan pihaknya juga telah menargetkan keuntungan pada tahun ini, dimana pihak BPRS memproyeksikan keuntungan sebesar Rp 297 juta pada tahun ini
Direktur Bisnis BPRS Cilegon, Yoyo Hartoyo, mengungkapkan bahwa beban kerugian terbesar terjadi pada tahun 2021.
“Faktor terbesar kerugian kita adalah pada saat 2021 terjadi prod minus sampai Rp21 miliar,” ungkapnya.
Meski sempat membukukan keuntungan di 2022 karena penjualan salah satu aset atas rekomendasi OJK, kerugian masih berlanjut.
“Tahun 2023 kita rugi sekitar Rp4,8 miliar, dan di 2024 kemarin di angka Rp1,8 miliar. Tapi progresnya semakin mengecil,” jelasnya.
Ia menyebutkan, pihaknya bisa menyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD), BPRS harus terlebih dahulu menutup seluruh kerugian akumulatif.
“Butuh waktu. Kita tidak mungkin tiba-tiba dapat keuntungan Rp25 miliar. Agak mustahil, tapi bukan tidak mungkin,” ucapnya.
Strategi utama BPRS saat ini adalah menyelaraskan kebijakan pembiayaan agar menyasar sektor-sektor produktif, terutama UKM lokal dan ASN di Cilegon.
“Kita diarahkan untuk menyentuh sektor UKM dan juga ASN. Marginnya masih gemuk,” katanya.
Namun, tantangan terbesar masih ada di sisi permodalan atau sumber dana yang akan diputar di BPRS.
“Kita masih terbatas. Kita tidak bisa memberikan pembiayaan dalam volume besar, padahal itu kunci untuk mencetak profit,” jelasnya.
BPRS juga menjaga rasio kas di angka aman 6–7 persen, di atas syarat minimal dari OJK sebesar 5 persen.
Sebagai BPRS, sumber pendapatan utama hanya berasal dari simpanan dan pembiayaan.
“Beda dengan bank umum. Kita enggak punya jasa transfer, jual beli valas, dan sebagainya. Jadi kunci laba ya pembiayaan yang bagus, berkualitas, volumenya besar,” ujarnya.
Dalam analisisnya, untuk menutup kerugian Rp25 miliar, waktu yang dibutuhkan bisa mencapai 5 tahun, tergantung pada banyak faktor, termasuk kepercayaan masyarakat untuk menabung dan mendepositokan uangnya di BPRS.
“Saya pernah proyeksikan di tahun 2031. Tapi sekarang mungkin bisa lebih cepat asal semua berjalan sesuai harapan,” ucapnya.
Meski begitu, pihaknya tengah memproyeksikan keuntungan pada tahun ini, dimana BPRS telah menargetkan keuntungan sebesar Rp 297 juta.
“Target keuntungan tahun ini, Rp297 juta, itu target ya,” pungkasnya. (Amul/Red)