Konveksi
Internasional

Depresi Berat, Wanita di Belgia Memilih Disuntik Mati. Begini Kisahnya

×

Depresi Berat, Wanita di Belgia Memilih Disuntik Mati. Begini Kisahnya

Sebarkan artikel ini
Shanti De Corte, penyintas Bom ISIS Bandara Brussels 2016. Foto: Nypost.com

MEGATRUST.CO.ID, – Dinyatakan mengalami depresi dan Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD) atau gangguan stres pasca trauma dan depresi berat, salah seorang wanita di Belgia memilih disuntik mati.

Wanita asal Belgia, berusia 23 tahun, itu bernama Shanti De Corte. Ia dan keluarganya memilih disuntik mati karena Shanti De Corte mengalami trauma yang cukup parah. Hal itu disebabkan, saat dirinya berusia 17 tahun menyaksikan langsung ledakan bom ISIS pada 22 Maret 2016 silam.

Bom ISIS meledak saat Shanti De Corte bersama teman-teman sekelasnya sedang berjalan melewati ruang keberangkatan bandara Belgia, di Zaventem. Saat dia bersiap untuk perjalanan ke Italia. Dilaporkan, ledakan itu menewaskan 32 orang dan melukai lebih dari 300 orang lainnya.

Meskipun Shanti De Corte selamat dari ledakan tanpa cedera, dia telah menderita secara emosional sejak saat itu. Peristiwa itu membuatnya mengalami serangan panik berulang dan depresi. Shanti mencari pengobatan di sebuah klinik mental di kota kelahirannya Antwerp, di mana dia diberi resep obat antidepresan.

Baca Juga :  Jembatan Penghubung Rusia-Krimea Meledak, Sehari Setelah Putin Ulang Tahun ke-70

Sebelum meninggal dunia, Shanti De Corte secara rutin menceritakan pengalaman tentang kekejaman yang dilihatnya saat ledakan bom tersebut di media sosial. Dalam sebuah postingan, dia mengungkapkan mengonsumsi hingga 11 obat antidepresan per hari dan tidak bisa hidup tanpa obat tersebut.

Ibu Shanti De Corte, Marielle, membagikan kisahnya dengan outlet berita Belgia VRT tentang rasa sakit yang dirasakan putrinya setelah berada di bandara ketika bom meledak.

Baca Juga :  Jembatan Penghubung Rusia-Krimea Meledak, Sehari Setelah Putin Ulang Tahun ke-70

“Hari itu benar-benar membuatnya hancur. Dia tidak pernah merasa aman setelah itu. Dia tidak ingin pergi ke mana pun di mana orang lain berada karena takut. Dia juga sering mengalami serangan panik dan dia tidak pernah (bisa) menghilangkannya,” kata sang ibu, Marielle, kepada media Belgia VRT dikutip Megatrust.co.id dari Mirror.co.uk.

Namun, penderitaan psikologisnya terlalu besar sehingga Shanti De Corte sempat mencoba bunuh diri sebanyak dua kali yakni pada 2018 dan 2020. Enam tahun mengalami depresi berat, dia memilih untuk di-eutanasia atau disuntik mati, sebuah prosedur yang legal di Belgia. Dia meninggal pada 7 Mei 2022 setelah dua psikiater menyetujui permintaannya untuk di-eutanasia.

Baca Juga :  Jembatan Penghubung Rusia-Krimea Meledak, Sehari Setelah Putin Ulang Tahun ke-70

Jaksa di Antwerpen kemudian memulai penyelidikan setelah ahli saraf Paul Deltenre dari rumah sakit klinis akademik UZC Brugman mengajukan keluhan yang menyebut bahwa keputusan untuk menidurkan Shanti dibuat “sebelum waktunya”.

Komisi Federal Belgia untuk Kontrol dan Evaluasi Eutanasia tidak memiliki kekhawatiran atas kasus Shanti. Namun, ahli saraf Paul Deltenre berpendapat masih ada perawatan dan pengobatan di luar sana yang belum dicoba Shanti.

Penulis : Nisa
Editor : Amul

Internasional

Megatrust.co.id, Jakarta – Perusahaan ritel global asal Jepang, UNIQLO, kembali menunjukkan komitmennya terhadap kemanusiaan melalui inisiatif “The Heart of LifeWear”. Program yang pertama kali diluncurkan pada musim dingin 2024 ini menyalurkan satu juta pakaian hangat HEATTECH kepada para pengungsi, anak-anak, korban bencana, serta masyarakat yang tengah menghadapi kondisi sulit di berbagai belahan dunia.