Konveksi
Marwah

JANGAN SALAH PAHAM! Taubat Itu Tentang Kesalahan Diri Sendiri, Bukan Orang Lain

×

JANGAN SALAH PAHAM! Taubat Itu Tentang Kesalahan Diri Sendiri, Bukan Orang Lain

Sebarkan artikel ini
Gambar freepik by vecstock

MEGATRUST.CO.ID – Taubat adalah langkah penting dalam kehidupan umat Islam untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Taubat bukan sekadar permohonan ampun, melainkan juga sebuah proses introspeksi dan perbaikan diri.

Namun, ada kesalahpahaman mengenai konsep taubat yang harus diluruskan.

Kali ini, Megatrust.co.id akan membahas mengapa taubat harus berfokus pada kesalahan diri sendiri, bukan pada kesalahan orang lain.

Banyak orang salah paham bahwa taubat adalah tentang menghakimi orang lain atau mencari kambing hitam. Faktanya, taubat yang sebenarnya adalah tentang kesalahan diri sendiri.

Sebagimana melihat contoh dari Al-Qur’an kisah Nabi Adam AS dengan pelajaran dari kesalahan pribadi

Nabi Adam AS adalah contoh yang jelas tentang bagaimana taubat seharusnya dilakukan. Ketika Iblis menipu Adam dengan mengatakan bahwa buah khuldi adalah buah kekekalan.

Nabi Adam AS melanggar perintah Allah. Namun, nabi Adam AS tidak menyalahkan Iblis, melainkan mengakui kesalahannya dan berdoa kepada Allah.

قَالَا رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

Artinya : “Keduanya berkata, “Ya Tuhan kami, kami telah menzhalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Al-A’raf: 23)

Dari kisah ini, bahwa taubat yang benar adalah pengakuan atas kesalahan diri sendiri, bukan menyalahkan orang lain.

Kemudian ada pelajaran dar kisah Nabi Yunus AS dengan taubat dalam kegelapan.

Kisah Nabi Yunus AS juga memberikan pelajaran berharga tentang taubat. Setelah kaumnya menolak dakwahnya, nabi Yunus AS meninggalkan mereka dan dihadapkan pada ujian besar.

Dalam perut ikan, nabi Yunus AS tidak menyalahkan kaumnya, melainkan mengakui kesalahannya.

وَذَا النُّونِ إِذْ ذَهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ أَنْ لَنْ نَقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَىٰ فِي الظُّلُمَاتِ أَنْ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ

Artinya : “Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya, maka dia berdoa dalam keadaan yang sangat gelap, ‘Tidak ada tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim.’” (QS. Al-Anbiya’: 87)

Dari sini bisa dipahami bahwa taubat bukan tentang kesalahan orang lain, tetapi tentang mengakui dan memperbaiki kesalahan diri.

(Domuro/Nad)