Sekitar tahun 1970-an, Kapuk Teko merupakan tempat yang asri. Di sekeliling kampung masih terdapat sawah dan saluran irigasi, sebuah daerah serapan dan drainase alami. Rumah-rumah penduduk masih menapak di tanah, dengan sertifikat hak milik sampai saat ini.
Namun situasi berubah memasuki tahun 1980-an. Banyak petak sawah dan saluran irigasi mulai ditimbun. Di atasnya dibangun pabrik. Lalu, gagasan pemerintah meninggikan jalan di Kapuk Raya semakin membuat Kapuk Teko seperti mangkuk. Kondisi ini berlangsung hingga kawasan tersebut terendam sedalam hampir dua meter selama puluhan tahun.
Lalu, masyarakat saat ini pun lebih mengenal pemukiman ini dengan julukan Kampung Apung. Memasuki 1990-an, kampung ini mulai terendam setiap kali hujan lebat. Puluhan warga terpaksa meninggikan bangunan rumah mereka dengan tembok dan kayu-kayu menjadi rumah panggung, bak di sebagian Kalimantan.