MEGATRUST.CO.ID, – Tidak lama lagi umat Islam di dunia akan merayakan hari Raya Idul Adha 1444 Hijriah atau hari Raya Kurban.
Mungkin sebagian orang pernah mendengar sebuah kalimat, bahwa hewan kurban akan menjadi kendaraan bagi orang yang berkurban saat di akhirat nanti.
Lalu, apakah benar hewan kurban dapat menjadi kendaraan saat di akhirat? Ataukah makna tersebut sebagai makna kiasan semata?
Berikut ini ada penjelasan tentang hewan kurban menjadi kendaraan di akhirat, dari Ustaz Adi Hidayat melalui kanal Youtube nya yang diunggah pada 6 Juli 2021.
Ada sebuah riwayat yang disampaikan kepada Nabi SAW, sebagaimana yang dikatakan oleh Ustaz Adi Hidayat.
“Ada riwayat yang disandarkan kepada Nabi SAW, dengan kalimat, ‘gemukanlah, baguskanlah hewan-hewan sembelihan kalian,’ karena sesungguhnya hewan-hewan kurban, hewan-hewan sembelihan yang dibaguskan itu, itu nanti akan datang di hari kiamat jadi kendaraan kalian melewati jembatan penyebrangan yang menentukan antara surga ataukah neraka,” kata Ustaz Adi Hidayat.
Ustaz Adi Hidayat, mengungkapkan bahwa sebagian besar ulama menilai riwayat tersebut sebagai riwayat yang lemah.
“Riwayat-riwayat ini persoalannya dinilai oleh para ulama-ulama, pakar ahli hadist, itu sebagai riwayat-riwayat yang sangat lemah,” ungkap Ustaz Adi Hidayat.
Menurutnya, bisa jadi anggapan bahwa hewan kurban yang akan menjadi kendaraan di akhirat merupakan suatu kiasan semata.
Ustaz Adi Hidayat menuturkan, yang dimaksud ‘kendaraan di akhirat’ bisa jadi merupakan pahala yang bisa mengangkut orang-orang untuk menyeberangi jembatan sirat.
“Dengan banyaknya pahala ini, ini yang akan memudahkan kita melewati As-sirat karena timbangannya semakin besar,” pungkas Ustaz Adi Hidayat.
Disebutkan juga di dalam Al-Quran Surat Al-Hajj Ayat 37 yang artinya:
“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik”.
Jadi, yang dimaksudkan menjadi kendaraan yaitu dalam konteks amalnya, bukan dalam konteks hewannya. (Nad/Amul)