Megatrust.co.id, SERANG – Peserta Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) patut belajar pembuatan tempe di Kabupaten Serang yang dilakukan pasutri selama berpuluh tahun.
Pasangan suami istri (Pasutri) yang membuat tempe selama berpuluh tahun itu terletak di Kampung Kemuncangan, Desa Kelapian, Kecamatan Pontang, Kabupaten Serang.
Hal itu diketahui setelah peserta KKM Universitas Bina Bangsa (Uniba) kelompok 24 mengunjungi usaha pembuatan tempe milik pasutri bernama Ruyani (72) dan Bahriah (70), pada Sabtu 22 Juli 2023.
Diketahui usaha pembuatan tempe yang dilakukan oleh pasangan tersebut sudah berjalan cukup lama.
Sementara untuk proses pembuatan tempe sendiri diawali dengan memilah kedelai lalu mencucinya sampai bersih.
Setelah itu, kedelai yang sudah dicuci kemudian di rebus, dan dilanjutkan dengan perendaman kedelai selama satu malam.
Proses pembuatan tempe di tempat pasangan ini terbilang masih sangat tradisional, langkah selanjutnya adalah kedelai dicuci kembali sampai bersih.
Kira-kira hingga air cucian itu benar-benar bening dan tampak tidak keruh. Saat dibersihkan, ini bersamaan dengan proses penghancuran kedelai.
Kedelai kemudian diangkat dan ditiriskan, setelah itu, kedelai yang sudah siap tadi ditaburi dengan ragi tempe lalu diaduk.
Langkah yang terakhir adalah pembungkusan, bungkus tempe disini menggunakan plastik sesuai ukuran yang diinginkan.
Plastik yang digunakan untuk membungkus tempe sebelumnya sudah diberi lubang sebagai ventilasi.
“Sekitar 10 tahunan (buat tempat), ngga diajari, berjalan saja. Dulunya kan orang tuanya bisa (buat tempe), diturunkan dari orang tua jadi bikin sendiri,” kata pria lansia ini.
Diterangkan Ruyani, proses pembuatan tempe ini membutuhkan waktu 2 hari sampai tempe benar-benar jadi dan siap dipasarkan.
Tempe yang sudah sedia kemudian dijual di masyarakat sekitar.
“Alhamdulillah berkat usaha ini, udah ke Mekah (naik haji) tahun kemarin,” ungkapnya.
Ia menceritakan ketika dulu dalam sehari menghabiskan 25 kilogram kedelai, namun untuk sekarang hanya bisa mengolah 10 kilogram.
“(Dulu) 25 kilo waktu masih muda sekarang 25 kilogram dibikin dua hari karena udah tua. Dari 10 kilo (mendapat penghasilan) sekitar Rp200 ribu,” tuturnya.
Sejauh ini, pasangan ini tidak menggunakan sosial media untuk memasarkan tempe ia selaku pemilik UMKM kurang mengetahui akan pentingnya jual beli online.
Sementara itu, Wakil Ketua Bagian Tekhnologi Tepat Guna KKM 24 Uniba, Didi Rasidi yang melihat secara langsung pembuatan tempe, dengan cara pembuatan yang masih sangat sederhana, tentu jadi pengalaman tersendiri
Ditambah lagi, kata Didi penjelasan yang disampaikan pemilik terkait proses pembuatan tempe sangat mendetail.
“Saya juga baru tau kalau proses pembuatan tempe ternyata tidak semudah yang dibayangkan, ditambah lagi kata abah banyak juga yang gagal ketika proses permentasi,” ujarnya.
“Ini ilmu yang sangat mahal tentunya, hanya saja ada beberapa kekurangan terutama dalam hal kebersihan, yang kita tau bahwa tempe makanan yang banyak mengandung gizi tapi jika pembuatan yang dilakukan tidak bersih, mungkin hilang kadar gizinya atau malah menjadi berbahaya,” tandasnya. (Amul/Red)