Megatrust.co.id, LEBAK – Tempat wisata yang berada di Kampung Sinday, Kelurahan Pajagan, Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak berbeda dari tempat wisata pada umumnya.
Tempat wisata yang ramai dikunjungi warga sekitar pada siang sampai sore hari ternyata dulunya merupakan perkampungan padat penduduk.
Namun kini, pemukiman padat penduduk itu sudah ditinggalkan dan menjadi kampung mati serta terendam air dan membentuk sebuah danau dan kini dijadikan sebagai tempat wisata oleh masyarakat sekitar.
Penyebab kampung padat penduduk itu ditinggalkan karena dijadikan sebagai bendungan Karian sebagai projek nasional pemerintah yang dalam waktu dekat ini akan diresmikan oleh Presiden Joko Widodo.
Dari pantauan di lokasi, terlihat sisa atap masjid yang belum terendam air dan pada atap kubah masjidnya dipasang bendera merah putih.
Sementara bangunan pondasi masjid sudah terendam air, berikut tiang listrik dan rumah-rumah lainnya.
Di lokasi kampung mati ini banyak pedagang yang berjualan dan membuat saung lantaran pada sore hari tempat ini ramai dikunjungi baik oleh warga sekitar maupun dari luar kecamatan.
Sisa-sisa puing-puing bangunan rumah warga masih terlihat di lokasi, bendungan di Kampung Sinday ini memiliki panorama alam yang indah lantaran diapit oleh perbukitan, airnya bening dan jernih serta menjadi daya tarik wisatawan untuk berswafoto.
Tersedia pula getek yang terbuat dari bambu dan di gerakan dengan cara di dayung, jika wisatawan ingin berkeliling mengitari bendungan ini cukup merogoh tarif Rp 20 ribu rupiah saja perorang.
Adapun untuk tarif masuk kendaraan motor Rp2 ribu dan roda empat Rp5 ribu, warga yang berkunjung ke tempat ini sebagian dari mereka ingin mengenang tempat kelahiran mereka yang kini tinggal menjadi cerita.
Warga Kampung Sinday, Didin mengatakan, dulu rumah orangtuanya berada di belakang masjid yang kini sudah terendam air bendungan Kariyan.
“Rumah saya disana belakang masjid,” ujarnya saat ditemui di lokasi, Minggu 12 November 2023.
Menurut Didin, rumahnya sudah mulai ditinggalkan sejak tahun 2011 akhir dan kini dia tinggal di Kampung Neglasari, banyak kenangan yang tidak bisa dilupakan selama masa kecil di rumah orangtuanya itu yang kini tinggal menjadi kenangan.
“Sudah mulai pergi di akhir tahun 2011, banyak kenangannya, pokonya sedihlah,” katanya.
Dampak dari pembangunan bendungan Karian ini, dia tidak memiliki pilihan selain pindah, selain itu biaya kompensasi berikut tanah dan bangunan sudah diperolehnya untuk tinggal di tempat baru.
Warga lainnya Acil, teringat saat dirinya bermain bola bersama rekan sejawatnya, kini tempat bermainnya hanya tinggal cerita.
“Saya keinget maen bola di lapangan ini,” ucapnya. (Emilda Yuafi/Nad)