Daerah

Soal Bangunkan Sahur Pakai Beduk dan Petasan, Begini Penjelasan Kemenag Cilegon

×

Soal Bangunkan Sahur Pakai Beduk dan Petasan, Begini Penjelasan Kemenag Cilegon

Sebarkan artikel ini
Salah seorang sedang membakar petasan. Ilustrasi bangunkan saur menggunakan petasan. Pixabay @BituDas

Megatrust.co.id, CILEGON – Mendekati Ramadhan 1445 H, Kementerian Agama (Kemenag) Cilegon memberikan peringatan kepada masyarakat yang akan melakukan giat bangunkan sahur.

mgid.com, 831728, DIRECT, d4c29acad76ce94f

Kemenag Cilegon mengakui, masyarakat Indonesia khususnya masyarakat Cilegon, memiliki cara tersendiri untuk membangunkan sahur seperti menggunakan beduk, pengeras suara hingga petasan sudah menjadi budaya sendiri.

Kepala Divisi (Kasi) Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam Soleh Gunawan mengatakan pada Kemenag Kota Cilegon mengatakan, tradisi membangunkan sahur bagi umat muslim di Indonesia itu merupakan kearifan lokal yang perlu dijaga.

“Tentu, jika penggunaan alat-alatnya masih bisa dijamin keamanannya,” kata Soleh, Ahad 10 Maret 2024

Baca Juga :  Tahun Ini, Dishub Bakal Memasang Ratusan PJU di Seluruh Titik Wilayah Cilegon

Soleh menjelaskan, yang perlu dijaga dari tradisi ini adalah alat-alat yang dipakai tidak sampai mengganggu atau mengancam keamanan lingkungan sekitar.

Sebab, menurutnya, alat-alat seperti petasan, merecon, dan semacamnya ini yang perlu ditinggalkan karena mempunyai unsur berbahaya.

“Akan berbahaya jika membangunkan sahur dengan menggunakan sarana lain, misalkan petasan, yang justru akan dikhawatirkan berdampak pada keselamatan dan keamanan, karena sifatnya kimiawi, berbeda dengan alat-alat yang biasa kita gunakan dulu, kentongan atau beduk,” ungkapnya.

Baca Juga :  Gelombang Tinggi, Pelabuhan Merak Sempat Macet Selama 4 Jam Lebih, Ditlantas Polda Banten Pastikan Sudah Terurai

Sementara itu, Kepala Subbagian pada Kemenag Cilegon Abu Nasor menyampaikan, membangunkan orang untuk sahur itu harus melihat maslahat dan mafsadatnya.

Abu Nasor menerangkan, membangunkan sahur dengan alat-alat yang masih wajar, hal itu tentu diperbolehkan dan maslahat untuk orang sekitar.

“Kalau pakai bedug, menurut saya itu bagus. Kita kadang-kadang lelah dan segala macam, speaker (masjid_red) tidak kedengaran, bedug itu kan keliling dan kedengaran,” ujar dia.

Baca Juga :  Tahun Ini, Dishub Bakal Memasang Ratusan PJU di Seluruh Titik Wilayah Cilegon

Untuk petasan, kata Abu Nasor, sebagai alat membangunkan orang sahur itu lebih banyak mudaratnya ketimbang manfaatnya.

“Kalau petasan itu membahayakan, kan ada cara yang lain, kenapa harus memakai petasan. Pakailah yang lain, sudah mahal kita harus beli, berbahaya juga, jangan gunakanlah petasan itu,” tegasnya.

“Pakai bedug atau dengan cara yang lain yang kira-kira elegan, yang dibangunkan berterima kasih, tidak protes dan jadi pahala, itu yang utama,” pungkasnya. (Hamdi/Amul)