Marwah

Bacaan Niat Sholat Idul Fitri untuk Imam dan Makmum Beserta Caranya

Sejumlah umat Islam melaksanakan shalat Idul Fitri 1445 H di Masjid Raya, Al Azhom Kota Tangerang, Rabu (10/4/2024). Masjid Raya Al Azhom di padati warga Kota Tangerang yang menjadi kebanggaan warga Kota Tangerang guna melaksanakan Sholat Iedul Fitri. Warga yang melaksanakan sholat ini hingga memenuhi Taman Electrik yang tepat di depan masjid tersebut. Bahkan ada pula warga yang melaksanakan sholat hingga trotoar jalan . PJ Walikota Tangerang bersama keluarga malakukan sholat Ied di Masjid Al Azhom. Usai malaksanakan PJ Walikota bersama para OPD melakukan halalbihalal di Gedung MUI sekaligus menikmati hidangan yang telah di sediakan.

MEGATRUST.CO.ID Salah satu ibadah sunnah yang sangat dianjurkan pada hari raya adalah sholat ied atau Idul Fitri.

Sholat ied dikerjakan sebanyak dua rakaat secara berjamaah, serta ditutup dengan khutbah.

Berdasarkan sidang Isbat Kemenag, hari raya Idul Fitri jatuh pada Senin, 31 Maret 2025. Maka dari itu, besok umat Islam di Indonesia akan melaksanakan sholat Idul Fitri di pagi hari.

Berikut ini panduan atau tata cara sholat hari raya Idul Fitri atau sholat Ied yang harus diketahui umat Islam.

1. Niat
Hal pertama yang perlu dilakukan dalam sholat Ied adalah membaca niat.

Kalau menjadi makmum ditambah lafal ma’muman, sedangkan saat menjadi imam ditambah bacaan imaaman.

أُصَلِّي سُنَّةً لعِيْدِ اْلفِطْرِ رَكْعَتَيْنِ (مَأْمُوْمًا/إِمَامًا) لِلّٰهِ تَعَــالَى

Ushallî sunnatan li ‘îdil fithri rak’ataini (ma’mûman/imâman) lillahi ta’ala.

Artinya: “Aku niat sholat sunnah Idul Fitri dua rakaat (menjadi makmum/imam) karena Allah ta’ala.”

Hukum pelafalan niat adalah sunnah. Sementara yang wajib yaitu niat dan tahu secara sadar bahwa kamu akan menunaikan sholat Idul Fitri.

Shalat dimulai tanpa azan dan iqamah (karena tidak disunnahkan), melainkan cukup dengan menyeru “ash-shalâtu jâmi‘ah”.

2. Takbiratul Ihram
Sebagaimana sholat biasa, sholat ied juga terdapat takbiratul ihram. Setelah membaca doa iftitah, disunnahkan takbir lagi hingga tujuh kali untuk rakaat pertama.

Di sela-sela tiap takbir itu dianjurkan membaca:
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا

Allahu akbar kabira, wal hamdu lillahi katsira, wa subhanallahi bukratan wa ashila

Artinya: “Allah Maha Besar dengan segala kebesaran, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, Maha Suci Allah, baik waktu pagi dan petang.”

Atau bisa juga membaca:

سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ وَلاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ

Subhanallah wal hamdu lillah wa laa ilaaha illallah wallahu akbar

Artinya: “Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada tuhan selain Allah, Allah maha besar.”

3. Membaca Al-Fatihah
Setelah selesai membaca iftitah dan melakukan takbir sebanyak tujuh kali, wajib membaca surat Al-Fatihah.

Lalu dianjurkan membaca surat Al-A’la. Berlanjut ke ruku, sujud, duduk di antara dua sujud, dan seterusnya hingga berdiri lagi seperti sholat biasa.

4. Rakaat Kedua
Di dalam posisi berdiri kembali pada rakaat kedua, disunnahkan takbir lagi sebanyak lima kali seraya mengangkat tangan dan melafalkan Allâhu Akbar, seperti rakaat sebelumnya.

Kemudian baca Surat al-Fatihah, lalu Surat al-Ghâsyiyah. Dilanjutkan dengan gerakan ruku, sujud, dan seterusnya hingga salam.

Untuk diketahui, hukum takbir tambahan (lima kali pada pada rakaat kedua atau tujuh kali pada rakaat pertama) adalah sunnah, sehingga tidak sampai menggugurkan keabsahan sholat ied apabila terjadi kelupaan mengerjakannya.

5. Mendengar Khutbah
Setelah sholat selesai dengan diakhiri gerakan salam, jamaah tidak disarankan buru-buru pulang, tetapi perlu mendengarkan khutbah Idul Fitri sampai selesai, kecuali jika kamu menunaikan sholat ied tidak secara berjamaah.

Hal tersebut sebagaimana diungkapkan Ubaidullah bin Abdullah bin Utbah dalam sebuah hadits:
السنة أن يخطب الإمام في العيدين خطبتين يفصل بينهما بجلوس

Artinya: “Sunnah seorang Imam berkhutbah dua kali pada sholat hari raya (Idul Fitri dan Idul Adha), dan memisahkan kedua khutbah dengan duduk,” (HR Asy-Syafi’i).

Untuk khatib, disunnahkan memulai khutbah pertama dengan takbir sembilan kali dan khutbah kedua dengan takbir tujuh kali.

(Nad/Amul)

Exit mobile version