Megatrust.co.id, SERANG – Ketua PGRI Kabupaten Serang, Janjusi mengakui masih ada sekolah di Kabupaten Serang yang mengalami krisis murid baru di tahun ajaran 2025/2026.
Kendati demikian, menurut Janjusi jumlahnya tidak banyak dan hanya sekolah tertentu saja. “Sekolah yang kekurangan murid sih ada di sekolah-sekolah tertentu saja,” ungkapnya.
Janjusi menjelaskan, krisis murid yang dialami sekolah tidak selalu karena kualitas sekolah yang tidak diminati. Namun, banyak faktor yang memengaruhi hal tersebut. Diantaranya kurangnya jumlah penduduk dan jarak yang terlalu jauh.
“Karena memang bukan berarti tidak diminati, tapi karena kondisi input penduduk yang ada di wilayah itu hanya ada satu kampung, jauh kemana-mana jadi dari masyarakat lain memilih sekolah itu saya rasa juga kurang strategis, jadi pertimbangan transportasi keselamatan dan lain-lain,” jelasnya.
Janjusi menyebut, satu sekolah yang paling sedikit menerima murid baru di tahun ajaran 2025/2026 yaitu SDN Keramat yang berada di Cikande.
“Yang paling sedikit itu di SD keramat Cikande yang sampai saat ini kalau tidak salah masih kisaran 4 orang,” ungkapnya.
Disinggung soal potensi penutupan, Janjusi mengakui pihaknya masih mengkaji dan mempertimbangkan. Pasalnya, kalaupun sekolah ditutup nasib murid yang ada dilingkungan tersebut harus dipikirkan.
Lebih lanjut, kata Janjusi pengubahan status ke Sekolah Rakyat pun kondisi SDN tersebut tidak masuk kategori dikarenakan kurangnya lahan.
“Kita pertimbangannya kalau ditutup juga masyarakat itu mau sekolah ke mana lagi, kita pertimbangkan,” ucapnya.
“Kemarin kita usulkan belum memenuhi syarat karena lokasinya hanya 2600 meter persegi, sekolah rakyat itukan minimal harus 5000 meter persegi,” sambungnya.
Kendati demikian, Janjusi mengungkapkan, ditengah keterbatasan murid SDN Keramat masih tetap berjalan sebagaimana mestinya.
“Masih tetap berjalan,” imbuhnya.
Diakui lagi, kekurangan murid bukan yang pertama kalinya dialami Sekolah Dasar tersebut, melainkan sudah enam tahun berturut-turut.
“Secara berturut-turut karena jumlah siswanya juga dari kelas 1 sampai kelas 6 jumlahnya 55 siswa. Kisaran 6 tahun berturut-turut,” ungkap Janjusi.
Janjusi mengakui, pihaknya bukan tanpa solusi. Namun ia tak bisa memaksakan, kehendak wali muridlah yang memutuskan anaknya untuk bersekolah dimana.
“Ya kita sudah upaya, dari SD Cikande 1 kan ada banyak yang tidak diterima, ada beberapa yang tidak diterima, kita arahkan ke situ (SDN Keramat) juga sulit. Orang tua punya hak untuk menyekolahkan dimana, mungkin mereka memilih sekolah swasta dan lain-lain dengan mempertimbangkan lokasi,” ungkapnya.
Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah atau MPLS
Sementara, ditanya terkait hari pertama Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah atau MPLS yang telah dimulai pada Senin 14 Maret 2025 untuk jenjang PAUD, SD, SMP dan SMA/SMK.
Janjusi mengklaim pelaksanaan MPLS di hari pertama berjalan lancar, sesuai dengan yang diharapkan oleh pemerintah.
“Kegiatan MPLS di hari pertama Alhamdulillah semuanya berjalan lancar. Kegiatan itu banyak ya, karena setiap jenjang itu ada rujukannya dari kementerian,” katanya.
Janjusi mengatakan, pelaksanaan MPLS telah memiliki rujukan dan pedoman yang sudah ditentukan oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah. Namun, ia mengungkap sekolah dapat melakukan improvisasi terkait materi yang akan diberikan.
Termasuk menurut Janjusi adanya materi muatan lokal sesuai dengan tradisi dan budaya daerah setempat selama tidak bertentangan dengan pedoman Nomor 10 Tahun 2025 tentang petunjuk pelaksanaan MPLS.
“Itu sudah ada rujukannya, setiap jenjang itu ada pedomani-pedoman untuk hari pertama. Itu materinya sampai hari ke lima itu sebenarnya sudah disiapkan oleh kementerian,” ujarnya .
“Tinggal sekolah ini menyesuaikan atau boleh juga ada muatan-muatan lain yang dari sekolah bisa disajikan untuk para peserta didik dengan tema tahun ini kan MPLS ramah,” sambungnya.
Diketahui, kegiatan MPLS akan berlangsung selama lima hari ke depan. MPLS bertujuan untuk mengenalkan satuan lingkungan pendidikan kepada para peserta. (Towil/Amul)