Konveksi
Nasional

Mengenal Fenomena Bediding di Tengah Musim Kemarau

×

Mengenal Fenomena Bediding di Tengah Musim Kemarau

Sebarkan artikel ini

MEGATRUST.CO.ID Akhir-akhir ini ramai dibahas di media sosial tentang fenomena ‘bediding’ atau suhu dingin di Indonesia.

Tidak sedikit netizen yang mengaku merasakan suhu dingin di pagi dan malam hari di tengah musim kemarau.

Fenomena bediding disebabkan pada musim kemarau umumnya jarang terjadi hujan dengan tutupan awan yang berkurang.

Oleh sebab itu, panas permukaan bumi yang diakibatkan radiasi matahari jadi lebih cepat dan lebih banyak dilepaskan kembali ke atmosfer berupa radiasi balik gelombang panjang.

Kemudian, curah hujan yang kurang berarti kelembapan udara yang rendah, sehingga uap air di dekat permukaan bumi pun sedikit.

Dikutip dari Stasiun Klimatologi Sumatera Selatan, bersamaan dengan kondisi langit yang cenderung bersih dari awan.

Maka panas radiasi balik gelombang panjang itu pun langsung dilepas ke atmosfer luar.

Inilah mengapa kemudian udara dekat permukaan terasa lebih dingin, khususnya pada malam hingga pagi hari.

Kondisi ini umum terjadi di wilayah Indonesia di dekat khatulistiwa hingga bagian utara.

Di wilayah ini, walaupun pagi hari lebih dingin, siang hari udara terasa lebih panas.

Hal itu disebabkan ketiadaan awan dan kurangnya uap air ketika kemarau menyebabkan radiasi langsung matahari lebih banyak yang mencapai permukaan bumi.

Namun, pada wilayah selatan Indonesia seperti Sumatera Selatan, Jawa bagian selatan hingga Bali, NTT, juga NTB, siang hari suhu udara akan lebih rendah dari suhu udara periode bulan lainnya.

Fenomena musiman ini selalu terjadi saat menjelang pergantian musim. Fenomena ini muncul sekitar 3-4 bulan, tepatnya pada Juni hingga Agustus.

(Nad/Amul)