MEGATRUST.CO.ID, – Perhelatan tradisi Seba Baduy di Banten yang dilakukan oleh masyarakat Baduy dalam dan Baduy luar sarat akan makna.
Tradisi seba baduy sudah ada sejak ratusan tahun lalu dan masih dilestarikan oleh masyarakat Baduy sampai saat ini.
Masyrakat Baduy dalam saat seba harus mengikuti aturan adat yaitu tidak boleh menggunakan kendaraan dan tidak memakai alas kaki. Sementara, Baduy luar sudah diperbolehkan menaiki kendaraan.
Seba Baduy merupakan tradisi sakral bagi masyarakat Baduy dan sangat penting. Seba baduy tidak hanya melibatkan masyarakat Baduy saja, melainkan pula pemerintah daerah setempat.
Seba baduy dianggap sebagai upacara penutup atau pamungkas atas rangkaian upacara adat sebelumnya yang telah dilaksanakan di Baduy sebelum dilaksanakannya seba.
Upacara Seba Baduy unik untuk disaksikan dan diabadikan bahkan bisa mendatangkan para wisatawan dari luar Banten hingga turis asing.
Orang Kanekes atau orang Baduy mendatangi para panggede atau pemerintahan kabupaten maupun pemerintahan provinsi.
Dengan rombongan yang begitu besar diperkirakan tahun ini mencapai 1.500 orang dengan puncak acara utama di Pendopo Gedung Negara Kota Serang pada Sabtu 18 Mei 2024.
Seba tahun ini masuk dalam kategori Seba kecil, kategori ini disesuaikan berdasarkan perolehan hasil panen di Baduy.
Tradisi ini sudah berlangsung selama ratusan tahun, sejak zaman Kesultanan Banten tradisi ini sudah ada, namun untuk kurun waktunya tidak diketahui, biasanya acara ini dilakukan setelah masa panen.
Suku Baduy tidak hanya berkunjung, mereka juga memberikan sebagian hasil panen mereka kepada pemerintah di Serang atau disebut dengan istilah “Bapa Gede”
Upacara seba sudah menjadi tradisi yang sifatnya wajib dilaksanakan setahun sekali pada bulan Sapar/awal tahun baru sesuai dengan penanggalan adat Baduy (berkisar bulan April-Mei pada tahun Masehi).
Tujuan dari kegiatan Seba adalah puncak ritual, ekspresi rasa syukur dan penghormatan masyarakat Baduy kepada pemerintah.
Namun, sebelum acara seba dilaksanakan, masyarakat Baduy telah melalui serangkaian adat lainnya seperti tradisi kawalu dan ngalaksa.
Kawalu adalah puasa yang dilakukan oleh warga Baduy dalam sebanyak tiga kali selama tiga bulan, saat berpuasa, masyarakat Baduy berdoa kepada kepercayaan mereka untuk diberikan rasa aman, damai dan Sejahtera.
Puasa yang dilakukan oleh warga Baduy ini berbeda dengan puasa pada umumnya, yaitu mereka berpuasa tanpa makan sahur terlebih dahulu dan berpuasa dilakukan hampir sehari semalam.
Puasa ini memiliki makna untuk membersihkan diri dari hawa nafsu yang buruk, dan puasa ini merupakan salah satu kegiatan dalam sistem religi yang mereka anut.
Saat kawalu, pengunjung dilarang masuk ke Baduy dalam, apabila ada kepentingan, biasanya pengunjung hanya diperbolehkan berjkunjung sampai Baduy luar namun tidak diperbolehkan menginap.
Bagi orang Bauduy, Seba merupakan keharusan yang tak boleh dilalaikan, hasil bumi yang mereka panen belum boleh dinikmati, bila seba belum dilaksanakan, karena seba merupakan kewajiban.
Maka apabila nanti di Kota Serang (tempat residen atau sekarang gubernur Banten), tidak ada orang yang mau menerimanya.
Menurut mereka semua barang bawaan akan ditaruh di tempat yang dianggap tepat untuk melaksanakan seba, walau di pinggir jalan sekalipun.
Seba dikoordinasikan oleh jaro tujuh dan dikepalai oleh jaro Warega, hingga saat kini pun seba masih dilaksanakan seperti itu, begitu pula dengan barang yang dibawa dalam ritual Seba, adalah :
1. Laksa berjumlah 7 (tujuh) bungkus yang dibungkus dengan pelepah upih berasal dari perkampungan jaro tujuh, tiap-tiap bungkus beratnya 1 Kg
2. Beras ketan dari ketiga tangtu (Cibeo, Cikeusik, dan Cikartawana) kurang lebih 10 Kg
3. Hasil bumi lainnya seperti pisang, talas, jaat, gula aren, bibirusan (umbut atau bongborosan), boros rotan, boros honje, dan lain-lain
4. Seperangkat alat dapur, seperti baris (boboko), sahid /boboko besar, hihid, aseupan, pangarih, dulang, siwur, sendok dari batok (bakul besaar dan bakul kecil, kipas, centong, dulang, gayung, sendok). (Emilda/Amul).
